SEMINAR PUISI DI SELAT SUNDA Untuk Goenawan Mohamad

electric guitar, guitar, piano

June 10th, 2024suno

Lyrics

Sebuah meja malam dari kayu, bekas puntung rokok yang hangus di permukaannya. Kita makan bersama. Malam yang samar-samar di tengah kota. Sebuah revolusi yang berganti kaki, di atas sebuah kapal perang yang diparkir di Selat Sunda. Sebuah perundingan untuk menjemput diri sendiri: Kaki-kaki kanan buntung – kaki-kaki kiri buntung. Tidak tahu, atau berjalan atau tidak berjalan. Tidak tahu, atau duduk atau berdiri. Bau belerang dari punggung krakatau, melukis kembali peta-peta di atas kata-kata yang menggerutu. Sebuah kemerdekaan tidak dirancang dengan berteriak: musuh sudah ada di luar pagar, tetapi juga sudah ada di dalam pagar. Sebuah republik yang terbayang di pintu belakang. Seorang lelaki di pintu kaca: tidak tahu, apakah ia berjalan keluar atau berjalan masuk. Hilir-mudik para peneliti Indonesia yang kurang tidur, dalam bahasa Indonesia yang lelah. Sebuah bank di antara tentara-tentara perdamaian. Aku bersamamu, dalam satu mobil tua, lelaki seperti pohon nangka itu, saling menatap tetapi tidak saling melihat. Sebuah buku puisi, di pangkuan seorang perempuan. “Di manakah kita, melihat kata, sebagai kematian seorang ibu.” Sebuah pintu, entah di belakang rumah entah di depan rumah. Sebuah pintu kaca untuk melihat ke luar untuk melihat ke dalam. Sebuah kata untuk membungkam slogan. Seorang Sukarnois yang menyimpan kartu pos patung liberty di saku mantelnya. Sebuah nyanyian cinta dari Leonard Cohen yang parau: Dance me to the end of love. Asap rokok tentang pendidikan para pemimpin, di antara korek api dan badai sebuah pesta. Seorang lelaki yang menggenggam tangisnya di sudut sebuah restoran. “Aku melangkah dari sebuah koran lokal, sejak masa remajaku, di sebuah desa, antara revolusi 3 kota. Dan sebuah novel tentang kejahatan tentara gerilya, di halaman-halaman yang dipasangi alarm.” Sebuah poster pertunjukan. Di luar atau di dalamkah pertunjukan itu berlangsung? Bagaimanakah Kunti menghanyutkan anaknya? Karna, bagaimanakah, Karna? Bagaimanakah matahari menciptakanmu dari anak-anak panah, dan menjemputmu kembali di sebuah pagi yang merah. Bagaimanakah Caligula membenamkan akal sehat ke dalam keuangan negara? Ceritakanlah sekali lagi, Caesonia, bagaimanakah aku menitipkan cinta dalam pelukanmu, ketika semua telah menjadi gila di tangan suamimu. Kekuasaan telah mengambil cahaya bulan dari ladang pikiran kita. Bagaimanakah puisi membuat kita bisa berjalan bersama bayangan sendiri, melewati diri kita sendiri yang masih tertidur di sebuah kereta. Seorang penjaga tiket pertunjukan, juga seorang penjual air bersih di sebuah kantor majalah. Seorang wartawan yang membidik dengan kata. Sebuah kamera di dasar bahasa. Dan seorang lelaki di jendela kaca. Sebuah kantor majalah yang kontruksinya tertanam di abad 19, sebelum perang dunia, sebelum menukar rempah-rempah dengan sebuah bangsa. Jalan gula yang membuat jalur kereta dari Klaten ke Amsterdam.

Recommended

torero oreiro
torero oreiro

coptic chant, retro, vintage, old record

Peaceful Skies
Peaceful Skies

uplifting pop acoustic

Psykoottinen Unelma
Psykoottinen Unelma

melodinen iskelmä akustinen

محبت کا جنون
محبت کا جنون

soft pop melodious

One Peace
One Peace

pop rhythmic

Lush Signature
Lush Signature

hip hop,pop rap,jazz rap,r&b,boom bap,funk

Always Be Mine
Always Be Mine

pop, rnb, 2010s pop

Neon Soundwaves
Neon Soundwaves

Cyberpunk Rock with Rhythmic Elements,Electric Guitar, Synthesizers, Drums, Bass

Momento Eterno
Momento Eterno

alternative rock, violin

 Hullaballoo
Hullaballoo

1960's music

The Monopoly guy
The Monopoly guy

Bass,catchy rhythm,soul piano mix

Jump
Jump

live music melodic nu rap metal, melodic gothic metal hip hop, dingo bingo

Sevda Ateşi
Sevda Ateşi

pop dans enerjik

Stardust Dreams
Stardust Dreams

hyper pop k-pop synthwave melodic

Friendship in The Air
Friendship in The Air

soul laid-back classical

80
80

ambient, pop

Gawai Dayak
Gawai Dayak

Pop Rock Male Voice