Lyrics
[intro slow haunting guitar riff]
[Verse 1]
Lihat tahta, dipuja, dimuliakan,
Atas derita, diam, terabaikan.
Pemimpin boneka, tersenyum tipis,
Tangan gelap, gerak dibalik tirai.
[increasing drum beats]
[Pre-Chorus]
Jangan terbuai, janji manis,
Kekuasaan, tabir, penuh tipu daya.
[explosive entry iwith full band]
[Chorus[
Langkah keras, mimpi yang pecah,
Suara lapar, dibawah gedung megah.
Darah terselubung, tawa yang retak,
Kota dibangun, jiwa kita terlupakan.
[Verse 2 with a rhythmic guitar strum]
[Verse 2]
Gedung tinggi, jiwa lupa diri,
Bukan statistik, atau laporan semu.
Lebih dari megah, kami minta hidup,
Bukan penonton, dalam drama suram.
[return to a softer melody for the bridge]
[Bridge]
Berdiri kami, tak bisa diam,
Badai datang, teriakan kami nyaring.
Bukan bayang lagi, kami badai bangkit,
Kami suara, kami kebangkitan.
[Repeat Chorus with increased intensity]
[Chorus]
Langkah keras, mimpi yang pecah,
Suara lapar, dibawah gedung megah.
Darah terselubung, tawa yang retak,
Kota dibangun, jiwa kita terlupakan.
[Verse 3 with dynamic drumming]
[Verse 3]
Mereka berkuasa, rakyat terhimpit,
Hanya nama di batu, di sudut kota tinggi.
Cahaya sirna, di lorong gelap,
Berbisik lirih, cerita tanpa jejak.
[Pre-Chorus with an eerie silence]
[Pre-Chorus]
Mata terpejam, telinga tertutup,
Pemimpin bermain, rakyat yang tertipu.
[quick instrumental bridge]
[Bridge]
Langit memerah, petir menyambar,
Kami bangkit, dari abu masa lalu.
[Chorus with final explosive energy]
[Chorus]
Seruan kuat, derita terukir,
Di wajah kota, di balik topeng perak.
Air mata jadi saksi, dalam sunyi bersaksi,
Mereka bangun impian, kami catat sejarah.
[Outro with a slow fade of guitar strings]
[Outro]
Dalam reruntuhan, kami temukan kekuatan,
Dalam gelap, obor kami nyala.
Bukan lagi penonton, kami penulis cerita,
Suara perubahan, tinta kami tuangkan
[End]